Sementara itu, lanjut Yoyok, dari mancanegara akan tampil Logic (Australia), Kyoto Jazz Massive (Jepang), Galaxy Big Band (Jepang), Gilgamesh (Mesir), dan MYMP (Filipina). "Kami ingin menyuguhkan light jazz (jazz ringan) sebagai hiburan alternatif yang cerdas untuk masyarakat," kata Yoyok lagi.
Dalam BJF 2011, yang bertema Great Jazz Great Nation, para penampil, terutama dari luar negeri, diminta memainkan lagu-lagu daerah Indonesia. Ireng, Benny, dan Cendy mendukung pelaksanaan BJF 2011 untuk mengangkat citra dan mengenalkan Kota Bekasi. "Patut dibanggakan bahwa Bekasi bisa menggelar festival jazz yang besar," ucap Ireng, yang dikenal sebagai penggagas Jakarta International Jazz Festival (Jak Jazz). "Kami juga ingin mengatakan bahwa jazz sebenarnya tidak ruwet, tidak rumit, tetapi indah dan enak dinikmati," timpal Benny.
Yoyok mengatakan pula, ia prihatin karena banyak orang mengenal Bekasi sekadar sebagai penyangga Jakarta yang macet, kurang becus mengolah sampah, susah air, dan banyak kejahatan. Untuk itu, festival jazz tersebut nanti juga ingin memberi gambaran lain bahwa Bekasi tidak selalu buruk.
Nania berharap BJF 2011 bisa menjadi pemuas para pemusik jazz yang mungkin capek menghadapi situasi pasar yang menuntut lahirnya musik yang tidak sesuai dengan isi hati dan pikiran mereka.
Penyelenggaraan BJF 2011, ungkap Yoyok, menghabiskan dana kira-kira Rp 2 miliar dari sponsor, kocek pribadi, dan bantuan. "Kami belajar dari pelaksanaan tahun sebelumnya dan ingin lebih sukses," ujar Yoyok, yang 22 tahun pernah menjadi pemain bas Elfa's Big Band.
BJF 2011 akan digelar di atap (dua panggung) dan di dalam (dua panggung) Bekasi Square. Area festival tersebut mampu menampung 15.000 pengunjung. Namun, panitia tidak ingin muluk-muluk dengan target jumlah penonton. Mereka berharap bisa menggaet 6.000 penonton pada 8 Oktober 2011 dan 6.000 penonton pada 9 Oktober 2011. "Tiket untuk remaja dan pelajar akan lebih murah, agar terjangkau, sebab memang tujuan kami juga memopulerkan jazz di kalangan anak muda," terang Yoyok.